PENDAHULUAN
Era Globalisasi memberikan beberapa dampak penting
bagi kehidupan saat ini. Salah satu dampak yang diberikan tentunya berpengaruh
pada sektor ekonomi. Adanya globalisasi ini menuntut adanya inovasi dan
kreativitas secara berkelanjutan dalam rangka menghadapi tantangan global. Salah
satu upaya yang dilakukan dalam menghadapi dampak globalisasi dibidang ekonomi
adalah melalui pengembangan ekonomi kreatif Indonesia.
Pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia saat ini
sedang gencar-gencarnya dilakukan salah satunya pada subsektor pariwisata. Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyatakan bahwa sektor pariwisata dan ekonomi
kreatif masih menjanjikan prospeknya di masa mendatang terhadap pertumbuhan
ekonomi tanah air. Berdasarkan data, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara
tahun ini akan mencapai 8.637.275 wisman dengan pertumbuhan sebesar 7,37%,
dibandingkan tahun 2012 sebanyak 8,04 juta wisman. Tentunya, hal ini merupakan
kabar baik bagi dunia pariwisata dan ekonomi kreatif. Artinya, sektor ini
berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Bicara perkembangan sektor pariwisata, Menparekraf
mengumumkan sejumlah data yang mendukung, antara lain : penerimanaan PDB dari
pariwisata pada tahun 2013 mencapai Rp347,35 triliun, serta kontribusi sektor
ekonomi kreatif terhadap PDB yang mencapai Rp641, 82 triliun. Sementara itu,
penyerapan tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif tercatat sebanyak 11,87 juta
orang (10,72%).
EKONOMI KREATIF DAN PENGEMBANGANWISATA
Pariwisata didefinisikan sebagai
aktivitas perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dari tempat tinggal
semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah
melainkan hanya untuk bersenang senang, memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan
waktu senggang atau waktu libur serta tujuan tujuan lainnya (UNESCO, 2009).
Sedangkan menurut UU No.10/2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan
pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan
Pemerintah Daerah.
Seseorang atau lebih yang melakukan
perjalanan wisata serta melakukan kegiatan yang terkait dengan wisata disebut
Wisatawan. Wisatawan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu wisatawan nusantara
dan wisatawan mancanegara. Wisatawan nusantara adalah wisatawan warga negara
Indonesia yang melakukan perjalanan wisata sedangkan untuk wisatawan
mancanegara ditujukan bagi wisatawan warga negara asing yang melakukan
perjalanan wisata.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif menyatakan bahwa sektor pariwisata dan ekonomi kreatif masih
menjanjikan prospeknya di masa mendatang terhadap pertumbuhan ekonomi tanah
air. Berdasarkan data, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara tahun ini akan
mencapai 8.637.275 wisman dengan pertumbuhan sebesar 7,37%, dibandingkan tahun
2012 sebanyak 8,04 juta wisman. Tentunya, hal ini merupakan kabar baik bagi
dunia pariwisata dan ekonomi kreatif. Artinya, sektor ini berdampak positif
bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Berdasarkan hasil studi terbaru UNWTO
dan WTTC yang menyebutkan bahwa upaya fasilitasi visa akan berdampak pada
tambahan 2,6 juta lapangan kerja di kawasan ekonomi APEC ditambah dengan
estimasi devisa sebesar US$89 miliar yang dihasilkan dari tambahan 57 juta
wisman yang berkunjung ke negara-negara APEC. Ditambahkan dengan penambahan
penerbangan langsung dan penambahan infrastruktur di daerah-daerah, maka akan
berdampak pada meningkatnya konektivitas yang akan berdampak positif pada
pergerakan kunjungan wisman dan wisnus.
“Penerbangan langsung yang sudah mulai
diberlakukan cukup membantu promosi pariwisata, misalnya penerbangan langsung
yang diberlakukan dari Jakarta menuju Labuan Bajo. Hal ini tentunya memudahkan
promosi pariwisata Beyond Bali yang selama ini kami giatkan,” imbuh
Menparekraf.
Terkait pengembangan sektor pariwisata,
Kemenparekraf terus melakukan program pengembangan Desa Wisata, dimana
desa-desa ysng terpilih diberikan fasilitasi dan binaan untuk mengelola suatu
produk wisata agar dapat menjadi keunggulan desa tersebut. Sampai saat ini Desa
Wisata yang telah dikembangkan berjumlah lebih dari 100 ribu.
Untuk mengembangkan kegiatan wisata,
daerah tujuan wisata setidaknya harus memiliki komponen-komponen sebagai
berikut (UNESCO, 2009) :
- Obyek/atraksi dan daya tarik wisata
maksudnya adala agar wisata yang datang tidak hanya dari wisatawan nusantara
sendiri maupun dari wisatwan mancanegara untuk mengetahui betapa indahnya
wisata di indonesia,wisata atau objek yang terkenal dan sering
dikunjungi,misalnya : pulau bali
- transportasi dan infrastruktur
- Akomodasi
- Usaha makanan
- Jasa Pendukung
Potensi pengembangan ekonomi kreatif
sebagai penggerak sektor wisata di Indonesia masih belum dapat
diimplementasikan secara optimal. Jika dibandingkan dengan pola paket wisata
luar negeri seperti yang diuraikan di atas, Indonesia mengadopsi bentuk paket
wisata tersebut ke dalam desa wisata. Hingga saat ini, tercatat banyak desa
wisata yang bermunculan namun hanya sebagian kecil yang berhasil (dalam arti
sanggup mendatangkan wisatawan secara berkala dan meningkatkan ekonomi
warganya).
Fenomena banyaknya desa wisata di Indonesia
seringkali terjadi bukan sebagai bentuk kreatifitas, tetapi lebih pada prestige.
Sangat sering ditemui desa wisata yang infrastrukturnya tidak siap untuk
dikunjungi wisatawan. Kelemahan terbesar dari konsep desa wisata selanjutnya
adalah minimnya upaya promosi dan tidak adanya link dengan industri kreatif
untuk produksi souvenir. Wisatawan hanya sekedar datang dan pulang tanpa
membawa sesuatu untuk dikenang (memorabilia) atau untuk dipromosikan pada calon
wisatawan lainnya.
Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa
ekonomi kreatif dan sektor pariwisata pada sebagian besar kota-kota di
indonesia sudah berjalan secara terpisah. Kurangnya kesatuan antara ekonomi
kreatif dengan sektor wisata terlihat dari jarang tempat penjualan souvenir
khas daerah wisata tersebut. Kalaupun ada,tempat penjualan souvenir dan
souvenir yang dijual terkesan biasa-biasa saja dan dapat dengan mudah ditemukan
di daerah lain. Atau, pada beberapa kasus, tempat penjualan souvenir berlokasi
terlalu jauh.
Pasar Gabusan Yogyakarta merupakan salah
satu contoh tempat ekonomi kreatif yang berada terlalu jauh dari tempat wisata,
kurang dipromosikan, dan dengan desain produk yang “biasa” saja sehingga
menjadi sebuah proyek yang gagal mendatangkan lebih banyak wisatawan. Pada
hakikatnya, hampir sebagian besar kota/kabupaten di Indonesia memiliki potensi
untuk mengembangkan ekonomi kreatif sebagai penggerak sektor wisata.
Kota/kabupaten di Indonesia memiliki daya tarik wisata yang berbeda untuk dapat
diolah menjadi ekonomi kreatif. Purworejo, sebagai salah satu kota tertua di
Indonesia, memiliki potensi yang cukup besar untuk pengembangan ekonomi
kreatif. Alun-alun Purworejo dengan sentra kuliner dan bedug sebagai atraksi
wisata membutuhkan sentuhan kreatifitas, di antaranya dengan menciptakan
souvenir khas Purworejo,makanan khas daerah tersebut dan suatu hal yang kreatif
untuk mengangkat nama suatu daerah dimancanegara.
Catatan:
- Mohon berikan pendapat kalian mengenai artikel diatas
- Sangat dianjurkan untuk memberikan umpan balik terhadap komentar teman kalian
Sumber:
Suparwoko, Ir. MURP. PhD. 2014. Makalah Pengembangan Ekonomi Kreatif Sebagai Penggerak Industri Pariwisata. www. mediapustaka.com. Diunduh dari http://www.mediapustaka.com/2014/11/makalah-pengembangan-ekonomi-kreatif.html tanggal 27 Oktober 2016.