Kamis, 27 Oktober 2016

PENGEMBANGAN PARIWISATA EKONOMI KREATIF INDONESIA

PENDAHULUAN



Era Globalisasi memberikan beberapa dampak penting bagi kehidupan saat ini. Salah satu dampak yang diberikan tentunya berpengaruh pada sektor ekonomi. Adanya globalisasi ini menuntut adanya inovasi dan kreativitas secara berkelanjutan dalam rangka menghadapi tantangan global. Salah satu upaya yang dilakukan dalam menghadapi dampak globalisasi dibidang ekonomi adalah melalui pengembangan ekonomi kreatif Indonesia.
Pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia saat ini sedang gencar-gencarnya dilakukan salah satunya pada subsektor pariwisata. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyatakan bahwa sektor pariwisata dan ekonomi kreatif masih menjanjikan prospeknya di masa mendatang terhadap pertumbuhan ekonomi tanah air. Berdasarkan data, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara tahun ini akan mencapai 8.637.275 wisman dengan pertumbuhan sebesar 7,37%, dibandingkan tahun 2012 sebanyak 8,04 juta wisman. Tentunya, hal ini merupakan kabar baik bagi dunia pariwisata dan ekonomi kreatif. Artinya, sektor ini berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Bicara perkembangan sektor pariwisata, Menparekraf mengumumkan sejumlah data yang mendukung, antara lain : penerimanaan PDB dari pariwisata pada tahun 2013 mencapai Rp347,35 triliun, serta kontribusi sektor ekonomi kreatif terhadap PDB yang mencapai Rp641, 82 triliun. Sementara itu, penyerapan tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif tercatat sebanyak 11,87 juta orang (10,72%).

EKONOMI KREATIF DAN PENGEMBANGANWISATA
Pariwisata didefinisikan sebagai aktivitas perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk bersenang senang, memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang atau waktu libur serta tujuan tujuan lainnya (UNESCO, 2009). Sedangkan menurut UU No.10/2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
Seseorang atau lebih yang melakukan perjalanan wisata serta melakukan kegiatan yang terkait dengan wisata disebut Wisatawan. Wisatawan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara. Wisatawan nusantara adalah wisatawan warga negara Indonesia yang melakukan perjalanan wisata sedangkan untuk wisatawan mancanegara ditujukan bagi wisatawan warga negara asing yang melakukan perjalanan wisata.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyatakan bahwa sektor pariwisata dan ekonomi kreatif masih menjanjikan prospeknya di masa mendatang terhadap pertumbuhan ekonomi tanah air. Berdasarkan data, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara tahun ini akan mencapai 8.637.275 wisman dengan pertumbuhan sebesar 7,37%, dibandingkan tahun 2012 sebanyak 8,04 juta wisman. Tentunya, hal ini merupakan kabar baik bagi dunia pariwisata dan ekonomi kreatif. Artinya, sektor ini berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Berdasarkan hasil studi terbaru UNWTO dan WTTC yang menyebutkan bahwa upaya fasilitasi visa akan berdampak pada tambahan 2,6 juta lapangan kerja di kawasan ekonomi APEC ditambah dengan estimasi devisa sebesar US$89 miliar yang dihasilkan dari tambahan 57 juta wisman yang berkunjung ke negara-negara APEC. Ditambahkan dengan penambahan penerbangan langsung dan penambahan infrastruktur di daerah-daerah, maka akan berdampak pada meningkatnya konektivitas yang akan berdampak positif pada pergerakan kunjungan wisman dan wisnus.
“Penerbangan langsung yang sudah mulai diberlakukan cukup membantu promosi pariwisata, misalnya penerbangan langsung yang diberlakukan dari Jakarta menuju Labuan Bajo. Hal ini tentunya memudahkan promosi pariwisata Beyond Bali yang selama ini kami giatkan,” imbuh Menparekraf.
Terkait pengembangan sektor pariwisata, Kemenparekraf terus melakukan program pengembangan Desa Wisata, dimana desa-desa ysng terpilih diberikan fasilitasi dan binaan untuk mengelola suatu produk wisata agar dapat menjadi keunggulan desa tersebut. Sampai saat ini Desa Wisata yang telah dikembangkan berjumlah lebih dari 100 ribu.

Untuk mengembangkan kegiatan wisata, daerah tujuan wisata setidaknya harus memiliki komponen-komponen sebagai berikut (UNESCO, 2009) :
  1. Obyek/atraksi dan daya tarik wisata maksudnya adala agar wisata yang datang tidak hanya dari wisatawan nusantara sendiri maupun dari wisatwan mancanegara untuk mengetahui betapa indahnya wisata di indonesia,wisata atau objek yang terkenal dan sering dikunjungi,misalnya : pulau bali
  2. transportasi dan infrastruktur
  3. Akomodasi
  4. Usaha makanan
  5. Jasa Pendukung 
Potensi pengembangan ekonomi kreatif sebagai penggerak sektor wisata di Indonesia masih belum dapat diimplementasikan secara optimal. Jika dibandingkan dengan pola paket wisata luar negeri seperti yang diuraikan di atas, Indonesia mengadopsi bentuk paket wisata tersebut ke dalam desa wisata. Hingga saat ini, tercatat banyak desa wisata yang bermunculan namun hanya sebagian kecil yang berhasil (dalam arti sanggup mendatangkan wisatawan secara berkala dan meningkatkan ekonomi warganya).
 Fenomena banyaknya desa wisata di Indonesia seringkali terjadi bukan sebagai bentuk kreatifitas, tetapi lebih pada prestige. Sangat sering ditemui desa wisata yang infrastrukturnya tidak siap untuk dikunjungi wisatawan. Kelemahan terbesar dari konsep desa wisata selanjutnya adalah minimnya upaya promosi dan tidak adanya link dengan industri kreatif untuk produksi souvenir. Wisatawan hanya sekedar datang dan pulang tanpa membawa sesuatu untuk dikenang (memorabilia) atau untuk dipromosikan pada calon wisatawan lainnya.
Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa ekonomi kreatif dan sektor pariwisata pada sebagian besar kota-kota di indonesia sudah berjalan secara terpisah. Kurangnya kesatuan antara ekonomi kreatif dengan sektor wisata terlihat dari jarang tempat penjualan souvenir khas daerah wisata tersebut. Kalaupun ada,tempat penjualan souvenir dan souvenir yang dijual terkesan biasa-biasa saja dan dapat dengan mudah ditemukan di daerah lain. Atau, pada beberapa kasus, tempat penjualan souvenir berlokasi terlalu jauh.
Pasar Gabusan Yogyakarta merupakan salah satu contoh tempat ekonomi kreatif yang berada terlalu jauh dari tempat wisata, kurang dipromosikan, dan dengan desain produk yang “biasa” saja sehingga menjadi sebuah proyek yang gagal mendatangkan lebih banyak wisatawan. Pada hakikatnya, hampir sebagian besar kota/kabupaten di Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan ekonomi kreatif sebagai penggerak sektor wisata. Kota/kabupaten di Indonesia memiliki daya tarik wisata yang berbeda untuk dapat diolah menjadi ekonomi kreatif. Purworejo, sebagai salah satu kota tertua di Indonesia, memiliki potensi yang cukup besar untuk pengembangan ekonomi kreatif. Alun-alun Purworejo dengan sentra kuliner dan bedug sebagai atraksi wisata membutuhkan sentuhan kreatifitas, di antaranya dengan menciptakan souvenir khas Purworejo,makanan khas daerah tersebut dan suatu hal yang kreatif untuk mengangkat nama suatu daerah dimancanegara.

Catatan:
  1. Mohon berikan pendapat kalian mengenai artikel diatas
  2. Sangat dianjurkan untuk memberikan umpan balik terhadap komentar teman kalian
Sumber:
Suparwoko, Ir. MURP. PhD. 2014. Makalah Pengembangan Ekonomi Kreatif Sebagai Penggerak Industri Pariwisata. www. mediapustaka.com. Diunduh dari http://www.mediapustaka.com/2014/11/makalah-pengembangan-ekonomi-kreatif.html tanggal 27 Oktober 2016.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar